Skip to main content
Ilustrasi Burung Yang Cacat dan Pincang.

Kisah Seorang Pedagang Kaya Raya Dan Seekor Burung Yang Cacat

Ada seorang pedagang shaleh, Al-Balkhi namanya. Sebelum berangkat ke negeri seberang untuk berdagang, ia berpamitan pada gurunya Ibrahim bin Adham. Biasanya sebagai pedagang yang gigih Al-Balkhi selalu pulang setelah memperoleh hasil dimana ia pergi. Namun saat itu terlihat berbeda, ia pulang sebelum sampai ke tempat tujuannya.

Sebagai seorang guru, Ibrahim ingin mengetahui alasan apa yang mengurungkan Al-Balkhi dalam berdagang.

Al Balkhi menjelaskan, “Suatu hari, ditengah perjalanan aku melihat suatu keanehan. Ketika aku beristirahat di sebuah bangunan kuno, aku perhatikan ada seekor burung yang cacat. Dalam benakku bertanya, bagaimana mungkin dalam kondisi demikian burung itu bisa bertahan hidup? Tak lama kemudian ada seekor burung datang menghampiri dengan membawa makanan di paruhnya dengan susah payah. Aku perhatikan burung itu, ternyata burung itu tak pernah kelaparan, karena ia selalu mendapatkan jatah makanan dari burung-burung yang sehat.”

Al-Balkhi meneruskan ceritanya, “Peristiwa ini telah memberi pelajaran kepadaku bahwa Allah SWT, Sang Pemberi Rezeki telah memberikan karunia rezeki pada burung yang cacat, sekalipun tak berusaha sendiri. Jika demikian maka aku yakin bahwa Allah akan mencukupkan rezekiku. Maka kuputuskan untuk pulang, aku tak mau kerja lagi”.

Ibrahim bin Adham tersenyum, ia tahu apa yang ada di benak muridnya, maka ia memberi nasehat, “Wahai Al-Balkhi, Mengapa serendah itu pikiranmu? Mengapa kamu menyamakan derajatmu dengan seekor burung yang cacat? Mengapa kamu mengikhlaskan dirimu sendiri untuk hidup atas belas kasihan dan bantuan makhluk lain? Mengapa kau ingin menjadi seperti burung yang cacat bukan burung yang sehat, yang bekerja keras untuk mencukupi diri sendiri dan temannya yang sedang butuhkan makanannya".

Al-Balkhi segera tersadar dengan pemikirannya yang salah. Ia pun kembali bekerja, bahkan lebih giat untuk menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Ia teringat pesan gurunya bahwasanya kemuliaan itu terletak pada usahanya untuk memuliakan dirinya sendiri juga orang lain.

Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.

Dikutip dari akun instagram @kisahparakekasih.

Tebejowo.com didukung oleh pembaca. Kami dapat memperoleh komisi afiliasi ketika Anda membeli melalui tautan di situs web kami. Terima kasih banyak, orang baik. Lebih lanjut >