Skip to main content
Ilustrasi Protes Parawisata

Surga Wisata, Neraka Warga Lokal: Cerita Kelam di Balik Ledakan Pariwisata Spanyol

Bayangkan ini: Kamu baru saja tiba di Barcelona. Kopermu menggelinding mulus di trotoar berbatu, mata terpana melihat bangunan karya Gaudí yang memesona. Udara terasa wangi oleh kopi dan croissant dari kafe-kafe kecil. Rasanya seperti... surga liburan.

Sekarang, balikkan kamera.
Di seberang jalan, ada seorang ibu yang duduk di balkon apartemennya, menatap kosong ke arahmu. Namanya Rosario.
Hari ini, ia mungkin akan mendapat surat penggusuran dari perusahaan yang baru saja membeli gedungnya untuk diubah menjadi penginapan turis.

Untukmu, ini cuma liburan tiga hari.
Bagi Rosario, ini trip seumur hidup — menuju jalanan.

DAFTAR ISI

Turis 15 Juta vs Warga Lokal yang Tersingkir

01 Barcelona housing crisis

Barcelona adalah magnet global.
Setiap tahun, 15 juta turis datang — sepuluh kali lipat dari jumlah penduduknya.
Mallorca? Satu juta penduduk diserbu 13 juta turis.
Tenerife? Sama saja, surga wisata dengan luka tersembunyi.

Coba bayangkan ini dalam konteks lokal:
Satu desa di Cibungbulang tiba-tiba kedatangan semua alumni reuni sekolah se-Jabodetabek... setiap minggu.
Tentu ekonomi bergerak. Warung laku keras. Tapi coba tebak apa yang ikut naik?
Harga rumah.

Bagi investor, ini adalah jackpot.
Bagi warga lokal, ini adalah mimpi buruk.
Rumah-rumah yang dulu dihuni keluarga kini beralih fungsi menjadi “hotel dadakan” lewat Airbnb.
Tetangga yang dulu saling kirim kue saat Lebaran kini saling kirim review bintang lima di Booking.com.

Turisme membawa uang, ya. Tapi juga membawa krisis perumahan yang tak terlihat di brosur wisata.

Kapitalisme Berkedok Liburan

Rosario hanyalah satu contoh.
Gedungnya dibeli perusahaan investasi, semua tetangganya diusir, dan sekarang ia tinggal sendirian.
Setiap hari ia hidup seperti tikus di rumah yang siap dijebak.

Di Tenerife, kisah Juan Francisco Galindo bahkan lebih gila.
Tanah keluarganya yang diwariskan turun-temurun akan digusur untuk membangun resort supermewah bernama Kuna del Alma.
Vila-vila di sana dijual mulai dari 2,4 juta euro, tapi keluarga Juan hanya ditawari 20 ribu euro sebagai kompensasi.

“Seseorang akan mengambil rumahku demi keuntungan perusahaan, dan mereka bahkan tak mau membayar dengan layak,” kata Juan, yang kini bertekad melawan.

Bayangkan jika ini terjadi di Indonesia.
Seperti desa adat di Bali yang tiba-tiba diubah jadi kawasan eksklusif untuk turis kaya.
Yang tersisa hanyalah warga lokal yang bekerja sebagai pelayan di tanah yang dulunya milik mereka sendiri.

Ketika Perlawanan Jadi Satu-satunya Pilihan

02 pantai Es Trenc Mallorca pantai terbaik eropa

Di Barcelona, Mallorca, dan Tenerife, warga mulai melawan.
Mereka turun ke jalan, memblokade gedung, hingga mogok makan selama 20 hari.
Natalia Díaz, seorang biolog sekaligus peternak lebah, bahkan menyebut ini bukan sekadar soal rumah, tapi soal hidup dan mati ekosistem lokal.

“Ini bukan hanya perjuangan lingkungan. Ini juga perjuangan sosial dan budaya. Ketika lebah mati, budaya kita ikut mati,” kata Natalia, sambil menatap bulldozer yang siap meratakan rumah-rumah tua.

Sementara itu, generasi muda seperti Hector menghadapi kenyataan yang lebih pahit.
Di usia 23 tahun, ia terpaksa tinggal di mobil karena tak mampu menyewa kamar yang kini setara gaji sebulan.

Humor gelap pun lahir dari keputusasaan ini:
"Di Spanyol, ada dua jenis orang:
Yang liburan di hotel bintang lima...
Dan yang tidur di bawah bintang di jalanan."


Turisme: Uang atau Manusia?

Pemerintah tahu pariwisata adalah mesin uang terbesar.
Turisme menciptakan lapangan kerja, menghasilkan pajak, dan jadi kebanggaan nasional.
Tapi... masalahnya, siapa yang benar-benar menikmati keuntungan ini?

Di depan kamera, politisi bicara manis:
"Kami akan mengatur Airbnb ilegal!"
Di belakang layar, izin pembangunan resort mewah tetap dikeluarkan.
Itu seperti menutup satu lubang di perahu, tapi membiarkan dua lubang lain tetap terbuka.

Hasilnya, protes warga terus terjadi.
Mereka tahu satu demonstrasi takkan mengubah segalanya.
Tapi jika mereka diam, kota mereka akan sepenuhnya hilang — seperti Barcelona yang perlahan kehilangan jiwa.

Spanyol Hari Ini, Indonesia Besok?

03 Spain tourism protest

Kisah ini bukan hanya milik Spanyol.
Indonesia punya Bali, Yogyakarta, Labuan Bajo — destinasi yang juga menghadapi risiko yang sama.

Bayangkan Bali lima tahun dari sekarang jika dibiarkan liar:

  • Desa adat berubah jadi kompleks villa eksklusif.

  • Rumah warga jadi Airbnb tanpa regulasi jelas.

  • Tari tradisional hanya jadi latar selfie turis.

Kita bisa belajar dari kesalahan Spanyol:

  1. Atur Airbnb dan sejenisnya. Rumah harus tetap menjadi rumah, bukan hotel tersembunyi.

  2. Libatkan warga lokal dalam pengambilan keputusan. Jangan jadikan mereka penonton dalam pembangunan.

  3. Lindungi budaya. Budaya bukan dekorasi, tapi identitas.

Kalau tidak, suatu hari orang Bali mungkin hanya bisa melihat pura mereka lewat... brosur pariwisata.


Di Balik Foto Instagram yang Indah

Di balik setiap foto indah yang kamu unggah, ada cerita yang tak terlihat.
Ketika kamu memotret sunset yang memesona, mungkin ada seseorang yang baru saja kehilangan rumahnya agar kamu bisa menikmati pemandangan itu.

Pertanyaannya sederhana:
Siapa yang benar-benar diuntungkan dari pariwisata besar-besaran?

"Liburanmu mungkin meninggalkan kenangan manis.
Tapi bagi sebagian orang, itu adalah awal dari mimpi buruk mereka."

Tebejowo.com didukung oleh pembaca. Kami mungkin memperoleh komisi afiliasi ketika Anda membeli melalui tautan di situs web kami. Untuk kolaborasi, sponsorship, hingga kerjasama, bisa menghubungi: 0857-1587-2597.

Ikuti juga kami di Google News untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru dari gawai Anda.

 

Wisata Eropa, Wisata Spanyol