
Psikologi "Meh": Ketika Hidup Terasa Hambar
Kamu bukan tidak termotivasi—kamu belum tergerak: Cara menemukan hal yang benar-benar penting lagi.
Beberapa hari lalu, saya menatap to-do list seperti sedang membaca tulisan dalam bahasa asing.
Saya punya hal-hal yang harus dikerjakan. Hal-hal yang wajar. Bahkan bukan hal-hal yang mengerikan. Namun entah kenapa... saya tidak bisa peduli.
Saya tidak lelah. Saya tidak overbooked. Saya hanya merasa—meh.
Kamu pasti tahu perasaan ini: ketika bahkan sekadar membalas email terasa seperti berlari maraton dalam molase. Kamu mulai bertanya-tanya: Apakah saya hanya tidak termotivasi? Malas? Rusak?
Tapi bagaimana jika masalah sebenarnya bukan kurangnya motivasi? Bagaimana jika kamu bukan tidak termotivasi—tapi belum tergerak?
Itu perbedaan yang besar. Dan memahami perubahan ini bisa menjadi langkah pertama dalam menemukan energi kamu lagi—bukan dengan memaksa lebih keras, tapi dengan reconnect ke hal yang paling penting.
DAFTAR ISI
- Kemalasan Bukan Musuh—Disconnection yang Berbahaya 💔
- Mitos Motivasi: Mengapa Dorongan Eksternal Tidak Bertahan Lama ⚡
- Dari "Harus" ke "Ingin": Pergeseran ke Motivasi Intrinsik 🔄
- 3 Cara Reconnect dengan Hal yang Benar-Benar Menggerakkan Kamu 🚀
- Kamu Tidak Malas, Kamu Merindukan Makna 🌟
- Key Points (TL;DR) 📝
- Referensi
Kemalasan Bukan Musuh—Disconnection yang Berbahaya 💔
Kita hidup dalam budaya yang obsesi dengan produktivitas. Jika kamu tidak achieving, striving, atau "crushing it," kamu berisiko dicap malas atau tidak ambisius. Tapi itu sering kali salah diagnosis.
Penelitian dalam psikologi menunjukkan bahwa yang kita sebut "kemalasan" seringkali merupakan gejala, bukan cacat karakter. Ini sering menandakan burnout, depresi, atau hilangnya tujuan—terutama ketika tugas yang dulu terasa bermakna sekarang terasa kosong (Sirois et al., 2019).
Dengan kata lain: kamu tidak rusak. Kamu hanya tidak terinspirasi. Dan itu adalah sesuatu yang bisa kamu atasi.
Mitos Motivasi: Mengapa Dorongan Eksternal Tidak Bertahan Lama ⚡
Kebanyakan dari kita mencoba mengatasi motivasi rendah dengan strategi eksternal:
- Membuat jadwal yang lebih ketat
- Mengunduh habit tracker baru
- Menjanjikan reward pada diri sendiri untuk menyelesaikan sesuatu
Taktik ini bisa berhasil dalam jangka pendek, tapi tidak menyelesaikan masalah sebenarnya: disconnection dari makna.
Menurut Self-Determination Theory (Ryan & Deci, 2000), motivasi yang berkelanjutan berasal dari tiga kebutuhan inti:
- Autonomy: Saya yang memilih ini
- Competence: Saya bisa melakukan ini
- Relatedness: Ini penting bagi saya dan orang lain
Jika hari-hari kamu dipenuhi tugas yang tidak kamu pilih, yang tidak terasa berdampak, atau yang kamu tidak yakin bisa kamu kerjakan dengan baik, tidak mengherankan jika kamu merasa stuck.
Dari "Harus" ke "Ingin": Pergeseran ke Motivasi Intrinsik 🔄
Mari kita bahas perbedaan antara motivasi ekstrinsik dan intrinsik:
- Motivasi ekstrinsik berasal dari reward eksternal: uang, pujian, nilai, deadline
- Motivasi intrinsik berasal dari dorongan internal: rasa ingin tahu, tujuan, kesenangan, nilai-nilai
Motivasi ekstrinsik berhasil—sampai tidak berhasil lagi. Ini cenderung memudar, terutama ketika tugas terasa seperti checklist yang tidak ada habisnya. Motivasi intrinsik, bagaimanapun, itu sticky. Ini memberi kamu energi, bahkan ketika hal-hal menjadi sulit.
Jadi jika kamu merasa tidak tergerak akhir-akhir ini, mungkin saatnya untuk re-tune kompas dalam diri kamu—bukan dengan memaksa diri melakukan lebih banyak, tapi dengan bertanya pada diri sendiri: Apa yang bisa menggerakkan saya sekarang? Apa yang bisa membuat ini terasa penting lagi?
3 Cara Reconnect dengan Hal yang Benar-Benar Menggerakkan Kamu 🚀
Jika kamu sedang dalam motivational slump, berikut tiga cara untuk keluar dari stuck—bukan dengan mendorong, tapi dengan pivot ke makna.
Revisit "Mengapa" di Balik Tugas Tersebut 🤔
Ketika kamu malas mengerjakan sesuatu, tanya: Mengapa saya setuju untuk melakukan ini sejak awal? Apa yang saya pikir akan dicapai atau didukung oleh ini?
Kadang-kadang kamu akan menemukan ada nilai yang lebih dalam—connection, pertumbuhan, dampak—tapi kamu kehilangan pandangan karena tekanan untuk perform. Di lain waktu, jawabannya mungkin: Saya sebenarnya tidak benar-benar memilih ini sama sekali. Dan realisasi itu juga berharga. Ini bisa membantu kamu renegotiate apa yang kamu ambil dan apa yang kamu lepaskan.
Mini-reframe: Daripada berkata "Saya harus mengerjakan laporan ini," coba "Saya mengerjakan laporan ini karena ini mendukung proyek yang saya pedulikan—atau karena ini memberi saya kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru."
Tidak, ini bukan sulap bukan sihir. Tapi bahkan tweak kecil dalam cara kamu berhubungan dengan tugas bisa menghidupkan kembali sense of purpose kamu.
Temukan Perasaan yang Kamu Inginkan Terlebih Dahulu 💫
Ini dia motivation hack yang tidak mendapat cukup kredit: Jangan tunggu sampai merasa termotivasi. Mulai dengan membangkitkan perasaan yang ingin kamu rasakan setelah tugas selesai.
Misalnya:
- Jika kamu ingin merasa berguna, lakukan sesuatu kecil yang membantu seseorang
- Jika kamu ingin merasa berenergi, putar playlist upbeat favorit kamu selama lima menit
- Jika kamu ingin merasa terhubung, kirim pesan ke seseorang yang kamu sayangi
Begitu perasaan itu teraktivasi—bahkan hanya sedikit—kamu lebih mungkin untuk terus melanjutkan. Ini memanfaatkan apa yang psikolog sebut emotion-based goal pursuit (Baumeister et al., 2007): ide bahwa kita bertindak berdasarkan bagaimana kita ingin merasa, bukan hanya apa yang "harus" kita lakukan.
Buat Ruang untuk Hal yang Benar-Benar Menyalakan Semangatmu ✨
Ketika semua yang ada di kalender kamu terasa wajib, otak kamu berhenti membedakan antara apa yang kamu inginkan dengan apa yang harus kamu lakukan. Seiring waktu, bahkan passion kamu bisa mulai terasa seperti tugas rumah.
Ini dia antidote-nya: Sisihkan bahkan hanya 15 menit sehari untuk sesuatu yang kamu cintai—tanpa hasil produktivitas yang melekat.
- Doodle
- Tulis sesuatu yang tidak akan ada yang baca
- Keluar rumah dan jangan track langkah kamu
- Baca buku tanpa bullet points atau highlights
Kamu Tidak Malas, Kamu Merindukan Makna 🌟
Jika spark kamu terasa redup sekarang, jangan anggap itu karena kamu tidak termotivasi. Kemungkinan besar, kamu tidak tidak tertarik pada hidup. Kamu hanya tidak tertarik untuk menjalani rutinitas.
Dan itu bukan masalah yang harus diperbaiki—itu sinyal yang harus diikuti.
Karena pertanyaan sebenarnya bukan: Bagaimana cara membuat diri saya peduli? Tapi: Apa yang sebenarnya saya dambakan—dan seperti apa jadinya jika saya menghormati itu hari ini?
Kamu tidak butuh lebih banyak hustle. Kamu tidak butuh planner yang lebih baik. Kamu butuh mengingat apa yang menggerakkan kamu. Dan memberi izin pada diri sendiri untuk mulai dari sana.
Ini bukan procrastination. Ini reconnection. Dan ini memicu jenis energi yang tumpah ke bagian-bagian lain dari hidup kamu.
Key Points (TL;DR) 📝
- Merasa tidak termotivasi seringkali merupakan tanda disconnection, bukan kemalasan atau kegagalan personal
- Motivasi sejati berasal dari autonomy, competence, dan meaningful connection
- Reframing tugas-tugas kamu dapat menghidupkan kembali makna dan memulihkan sense of agency
- Momen-momen kecil kegembiraan atau connection dapat memicu motivasi berbasis emosi
Ingat: Terkadang yang kita butuhkan bukan lebih banyak discipline, tapi lebih banyak connection dengan hal yang benar-benar penting bagi kita. 😊
Referensi
- Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Self-determination theory and the facilitation of intrinsic motivation. American Psychologist, 55(1), 68–78.
- Sirois, F. M., Yang, S., & van Eerde, W. (2019). Procrastination, stress, and chronic health conditions: A temporal perspective. Journal of Behavioral Medicine, 42(1), 56–69.
- Baumeister, R. F., Vohs, K. D., DeWall, C. N., & Zhang, L. (2007). How emotion shapes behavior: Feedback, anticipation, and reflection. Emotion Review, 1(2), 145–153.
Sumber: Lindsey Godwin Ph.D. dan Devon Frye (22 Mei 2025).
Tebejowo.com didukung oleh pembaca. Kami mungkin memperoleh komisi afiliasi ketika Anda membeli melalui tautan di situs web kami. Untuk kolaborasi, sponsorship, hingga kerjasama, bisa menghubungi: 0857-1587-2597.
Ikuti juga kami di Google News untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru dari gawai Anda.