Skip to main content
Ilustrasi Berjalan Di Sekitar Danau

Green & Blue Spaces: Cara Sederhana Menaikkan Mood Harian Kita

Riset di The Journal of Positive Psychology menunjukkan bahwa kunjungan ke ruang hijau dan ruang biru punya “spill-over effect” pada kebahagiaan sepanjang hari—berlaku bagi individu dengan maupun tanpa gangguan kecemasan dan depresi. Pelajari temuan, konteks, dan tips praktisnya.

 

DAFTAR ISI

TL;DR

  • Orang cenderung lebih bahagia sepanjang hari pada hari ketika mereka mengunjungi alam—baik ruang hijau (taman, hutan, padang rumput) maupun ruang biru (sungai, danau, rawa).

  • Efek positif ini konsisten pada responden dengan maupun tanpa gangguan mental umum seperti depresi dan kecemasan.

  • Kecemasan tidak selalu turun setelah kunjungan alam. Pada sebagian orang dengan gangguan mental, kunjungan ke ruang biru berkaitan dengan kecemasan lebih tinggi—kemungkinan karena mereka mencari ruang biru untuk mengelola kecemasan yang sudah ada (self-management), bukan karena air “menyebabkan” cemas.

  • Studi ini berbasis survei nasional di Austria (Oktober 2020; n = 2.140), memakai pertanyaan standar soal rasa bahagia & cemas “kemarin”, serta apakah pada hari itu mereka mengunjungi 29 tipe ruang hijau/biru.

  • Hasil tetap kuat setelah mengontrol faktor lain (usia, jenis kelamin, status kerja, pendapatan, pernikahan, disabilitas, hari kerja/akhir pekan, kepuasan hidup & sense of purpose).

  • Keterbatasan: data satu hari dan self-report—jadi hubungan kausal belum pasti. Riset lanjutan akan memantau multi-hari, pakai GPS/indikator fisiologis, dan studi kualitatif.


Mengapa Temuan Ini Penting Bagi Kita?

Gangguan kesehatan mental—mulai dari stres sementara hingga depresi dan kecemasan—mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Akses terapi/obat tidak selalu mudah: bisa mahal, terbatas, atau distigmatisasi. Karena itu, peneliti mencari intervensi tambahan yang murah, inklusif, dan mudah dilakukan. Salah satu kandidat kuat: waktu di alam.

Selama ini banyak studi menunjukkan alam meningkatkan suasana hati dan menurunkan ketegangan dibanding ruang urban/indoor. Tapi ada pertanyaan lanjutan yang krusial bagi kehidupan sehari-hari:

  • Apakah efeknya bertahan sepanjang hari?

  • Apakah dampaknya sama bagi orang dengan gangguan mental?

  • Apakah ruang hijau dan ruang biru memberikan efek yang serupa?

Studi terbaru yang dipimpin Tobias Harvey dan Mathew P. White mengupas pertanyaan-pertanyaan tersebut—fokus pada rasa “kemarin” untuk menangkap imbas emosional pasca kunjungan ke alam (disebut “spill-over effect” atau efek imbas).


Istilah Kunci

01 Jalur setapak di hutan Venner Moor

  • Ruang hijau (green spaces): taman kota, hutan/woodlands, padang rumput/meadows, dan ruang vegetasi lain yang bisa diakses publik.

  • Ruang biru (blue spaces): lingkungan berbasis air seperti sungai, danau, rawa, wetland.

  • Spill-over effect: efek imbas—manfaat emosional berlanjut setelah kita meninggalkan alam, menular ke suasana hati sepanjang hari, bukan hanya saat berada di lokasi.


Desain Riset: Siapa, Kapan, dan Bagaimana?

  • Lokasi & waktu: Austria, Oktober 2020.

  • Responden: 2.140 orang dewasa. Sampel disusun agar mewakili populasi nasional (usia, gender, wilayah).

  • Pertanyaan utama:

    • Seberapa bahagia Anda kemarin?”

    • Seberapa cemas Anda kemarin?”

    • “Apakah Anda mengunjungi salah satu dari 29 tipe ruang hijau/biru kemarin (waktu luang)?”

  • Identifikasi gangguan mental umum: Apakah responden mengonsumsi obat resep dokter untuk depresi/kecemasan.

  • Kontrol statistik: usia, jenis kelamin, status kerja, kepuasan pendapatan, status pernikahan, disabilitas, hari kerja vs akhir pekan, kepuasan hidup, dan sense of purpose—agar efek kunjungan alam tidak tertukar dengan faktor lain.

Catatan metodologis yang menarik: pertanyaan tentang bahagia/cemas diajukan sebelum pertanyaan tentang kunjungan alam untuk mengurangi bias (misalnya, “saya ingat main ke taman, jadi saya jawab lebih bahagia”).


Hasil Utama: “Happy Days are Nature Days”

  1. Kebahagiaan harian naik pada hari ketika orang mengunjungi alam—baik hijau maupun biru.

    • Efek ini tetap terlihat meski sudah dikontrol oleh banyak faktor latar belakang.

    • Konsisten pada populasi umum maupun kelompok dengan gangguan mental.

  2. Kecemasan: gambarnya lebih kompleks.

    • Secara umum, kunjungan alam tidak selalu berkaitan dengan kecemasan lebih rendah.

    • Namun, pada responden dengan gangguan mental, kunjungan ke ruang biru berkaitan dengan kecemasan lebih tinggi ketimbang tidak mengunjungi alam atau mengunjungi ruang hijau.

  3. Polanya tidak berarti “air bikin cemas.”

    • Penjelasan yang diajukan penulis: self-management—orang yang sudah cemas mungkin memilih ruang biru (misalnya air yang menenangkan) sebagai strategi regulasi emosi. Ketika dirata-ratakan “sepanjang hari,” jejak kecemasan tetap tercatat, meski mereka juga melaporkan lebih bahagia.

    • Karena penilaian emosi bersifat harian (agregat), studi ini tidak bisa memeriksa urutan waktu (apakah cemas dulu baru ke danau, atau sebaliknya).

  4. Pola demografis yang terkonfirmasi:

    • Usia lebih tua, menikah, lebih nyaman secara finansial, dan kepuasan hidup yang tinggi → cenderung lebih bahagia.

    • Disabilitas dan ketidakpuasan hidup/pendapatan → cenderung lebih cemas.

Apa Artinya untuk Kehidupan Harian Kita?

1) Alam itu bukan “obat tunggal”, tapi booster yang realistis

Bagi banyak orang, terapi dan/atau obat tetap krusial. Kunjungan alam bisa menjadi pelengkap (adjunct) yang mudah diakses, berbiaya rendah, dan berpotensi berdampak pada kebahagiaan harian—bahkan jika Anda sedang berjuang dengan depresi atau kecemasan.

2) “Efek imbas” yang terasa sepanjang hari

Inti temuan adalah mood positif menetes ke sisa hari—bukan cuma ketika Anda duduk di bangku taman. Ini menginspirasi: aktivitas singkat yang menyenangkan di alam dapat mengubah nada emosional hari Anda.

3) Ruang hijau vs ruang biru: mirip tapi tak selalu sama

  • Banyak orang merasakan ketenangan di air (ombak, aliran sungai). Namun pada sebagian individu dengan kecemasan, data menunjukkan kecemasan harian bisa lebih tinggi pada hari kunjungan ruang biru—kemungkinan karena mereka sudah cemas dan memilih air untuk mengelola emosi.

  • Ruang hijau tampak lebih konsisten terkait dengan kebahagiaan tanpa sinyal peningkatan kecemasan pada kelompok rentan.


Cara Memulai “Ritual Alam” yang Ramah Pemula

02 Jalur hutan yang teduhTujuan kita bukan “sempurna”, tapi konsisten.

Langkah praktis:

  • Tetapkan niat harian sederhana: “Kalau sempat, aku akan mampir ke taman kompleks/tepi kali/ruang terbuka hijau.”

  • Ganti satu scrolling dengan satu sesi alam (jalan kaki ringan, duduk santai, atau mindful breathing).

  • Peta opsi terdekat: catat 3 pilihan yang bisa dijangkau jalan kaki atau sepeda motor—taman kantor, jalur pedestrian rindang, danau kecil, sungai yang punya bantaran aman.

  • Pilih slot waktu aman: sebelum kerja, jam makan siang, atau setelah ashar—sesuaikan ritme Anda.

  • Fokus pada rasa: apa yang Anda lihat, dengar, cium, rasakan (angin, matahari hangat). Ini membantu melekatkan sensasi positif.

  • Kalau sedang cemas: pertimbangkan ruang hijau terlebih dulu. Jika lebih tertarik ruang biru, pilih lokasi yang aman, ramai, dan aksesibel, lalu batasi ekspektasi (targetnya adalah mengelola, bukan “menghapus” kecemasan).

Checklist keamanan & kenyamanan:

  • Kenali rute pulang-pergi, hindari jam rawan.

  • Pakai alas kaki nyaman, bawa air minum.

  • Kalau perlu, ajak teman—dukungan sosial menambah rasa aman.

  • Perhatikan rambu/larangan di area air (arus deras, tepi licin).

  • Cuaca & kualitas udara juga penting—jangan memaksa kalau tidak kondusif.

Apa yang Belum Bisa Disimpulkan

  • Kausalitas: Karena data satu hari dan berbasis self-report, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa kunjungan alam menyebabkan kebahagiaan (bisa jadi orang yang sudah bahagia lebih cenderung keluar).

  • Urutan waktu kecemasan vs ruang biru: Apakah air meningkatkan kecemasan, atau orang cemas memilih air untuk meredakan—data harian tidak memisahkan urutan itu.

  • Intensitas & durasi kunjungan: Studi tidak merinci berapa lama atau seberapa intens aktivitas di alam.

  • Jenis aktivitas: Jalan santai vs olahraga vs duduk saja—masih perlu eksplorasi.


Arah Riset Lanjutan

Para peneliti menyorot perlunya:

  • Pengukuran multi-harian agar pola lebih stabil.

  • Data objektif: GPS untuk jejak lokasi, indikator fisiologis (misal detak jantung) untuk kecemasan.

  • Riset kualitatif: memahami apa yang orang rasakan dan mengapa mereka memilih ruang hijau vs biru, khususnya pada mereka yang hidup dengan stres kronis atau kecemasan.

  • Saat ini, tim juga terlibat dalam RESONATE, proyek empat tahun didanai Uni Eropa untuk menguji terapi berbasis alam pada berbagai kelompok.


Pertanyaan Umum (FAQ)

03 Bangku di promenade tepi danau

1) Apakah saya harus pergi jauh ke hutan?
Tidak. Ruang hijau kota seperti taman lingkungan atau jalur pepohonan sudah masuk kategori. Kuncinya terjangkau dan aman.

2) Apakah duduk sebentar cukup?
Studi tidak mengukur durasi. Namun, secara praktis, momen singkat yang berkualitas (hadir penuh, menyerap suasana) lebih baik daripada memaksa lama tapi tidak nyaman.

3) Saya sedang cemas; pilih hijau atau biru?
Data menunjukkan pada sebagian orang dengan gangguan mental, kunjungan ruang biru berkaitan dengan kecemasan harian lebih tinggi—kemungkinan karena mereka sudah cemas dan memilih air untuk self-management. Coba ruang hijau dulu, lalu uji perlahan ruang biru di kondisi aman.

4) Bagaimana kalau cuaca buruk?
Cari alternatif indoor bernuansa alam: tanaman hias, pencahayaan alami, suara air/alam, atau foto/video alam sebagai “jembatan” sementara.

5) Apakah ini bisa menggantikan terapi atau obat?
Tidak. Ini pelengkap yang potensial. Jika Anda sedang dalam perawatan, lanjutkan sesuai arahan tenaga profesional.

6) Apakah efeknya sama untuk semua orang?
Tidak selalu. Konteks pribadi (kesehatan, akses, preferensi) memengaruhi pengalaman. Karena itu, eksperimen kecil dan rutinitas personal sangat dianjurkan.

7) Apakah berjalan di mal termasuk?
Bukan. Fokus studi adalah lingkungan alam (vegetasi/air). Namun beberapa prinsip—seperti jalan santai dan fokus indera—tetap bermanfaat di ruang lain.

8) Apa indikator bahwa “ritual alam” saya bekerja?
Perhatikan suasana hati rata-rata harian (lebih tenang/lega), kualitas tidur, dan dorongan untuk kembali ke alam. Anda bisa catat harian sederhana untuk melihat pola.

Tips Implementasi

  • Buat “menu alam” mingguan:

    • Senin–Jumat: jalur pepohonan dekat kantor/rumah.

    • Sabtu: taman kota + piknik kecil.

    • Minggu: ruang biru aman (danau/sungai yang legal & ramai).

  • Pasang “pemicu ramah”: sepatu jalan di dekat pintu, reminder kalender, teman jalan.

  • Catat 3 kata setiap selesai kunjungan: “lebih ringan”, “lega”, “fokus kembali”—membantu otak menghubungkan alam → emosi positif.

  • Ritme realistis: mulai dari sekali seminggu, lalu naik frekuensi saat mulai terasa manfaatnya.


Batasan yang Perlu Diingat

  • Ini bukan resep instan. Hari buruk tetap bisa terjadi meski Anda ke taman.

  • Ruang biru bisa menenangkan, tapi bagi sebagian orang yang sudah cemas, keseluruhan hari masih terasa cemasitu wajar. Fokus pada mengelola, bukan menghilangkan total.

  • Keamanan & akses adalah prioritas. Pilih lokasi yang legal, terawat, dan ramai.


Kesimpulan

Hari yang berisi alam, cenderung hari yang lebih bahagia. Itulah pesan inti studi ini. Bukan berarti semua masalah selesai, atau kecemasan langsung lenyap. Namun efek imbas pada kebahagiaan harian itu nyata—dan terjangkau. Baik Anda merasa baik-baik saja maupun sedang berjuang dengan depresi/kecemasan, menyisihkan waktu untuk ruang hijau atau ruang biru yang aman adalah langkah kecil yang wajar dicoba.


Catatan sumber inti: Studi “Happy days are nature days: visiting nature has positive spill-over effects for the entire day among people with and without common mental health disorders” oleh Tobias Harvey, Mathew P. White, Sabine Pahl, Lewis Elliott; komentar peneliti Mathew P. White dikutip dalam wawancara media sains.

Credits: Eric W. Dolan, 13 Oktober 2025

Tebejowo.com didukung oleh pembaca. Kami mungkin memperoleh komisi afiliasi ketika Anda membeli melalui tautan di situs web kami. Untuk kolaborasi, sponsorship, hingga kerjasama, bisa menghubungi: 0857-1587-2597.

Ikuti juga kami di Google News untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru dari gawai Anda.

 

Artikel Kesehatan, kesehatan mental