Skip to main content
Ilustrasi Lansia Yang Kesepian

Negara Maju, Tapi Tak Ada yang Menangisi Kematian Lansia-lansia Ini

Di balik cerita tentang negara-negara maju yang tertib, bersih, dan penuh teknologi, ada sisi gelap yang jarang disorot: kesepian para lansia.

DAFTAR ISI

Seorang pekerja migran asal Indonesia yang bekerja sebagai ART di Taiwan pernah membagikan pengalaman menyentuh. Di tengah percakapan malam melalui telepon, ia berkata lirih:

“Orang-orang tua di sini hidup sendiri. Mereka nggak nikah, nggak punya anak. Masa mudanya kerja keras. Tuanya? Kalau punya uang, sewa ART. Kalau nggak… jadi tunawisma.”

Perkataan itu membuat banyak orang berpikir ulang. Apakah ini harga dari sebuah modernitas?


📉 Fakta Mengerikan dari Dunia yang Katanya "Maju"

Data mendukung pernyataan itu.

Menurut Pew Research Center (2020), 27% orang Amerika berusia 60 tahun ke atas hidup sendiri. Itu artinya, lebih dari 1 dari 4 lansia di AS tidak tinggal dengan anak, pasangan, atau siapa pun.

Sebagai perbandingan:

  • Rata-rata global hanya 16%
  • Di negara seperti Afghanistan, Mali, dan Aljazair, angkanya bahkan di bawah 5%

👉 Sumber Pew Research Center

Di Uni Eropa kondisinya serupa:

  • Latvia mencatat angka tertinggi: 49% perempuan usia 65+ hidup sendiri
  • Jerman, Slovenia, Finlandia, dan Ceko: sekitar 44–45% lansia tinggal sendiri

Hampir setengah dari para nenek di negara-negara tersebut menghabiskan masa tua dalam sunyi.

🧠 Kesepian Itu Nyata, Bukan Perasaan Baper

Kesepian kronis bukan sekadar sedih, tapi bisa merusak kesehatan fisik dan mental.

Sebuah laporan dari Universitas Brigham Young menunjukkan bahwa:

> Kesepian kronis meningkatkan risiko kematian setara dengan merokok 15 batang per hari.
> 👉 Sumber jurnal ilmiah - PLoS Medicine, 2010

Dampak kesepian antara lain:

  • Menurunnya imunitas
  • Gangguan tidur
  • Tekanan darah tinggi
  • Depresi hingga memperparah penyakit kronis

Bayangkan hidup tanpa disapa siapa pun. Tidak ada yang menengok, tidak ada yang menunggu. Hanya keheningan, hari demi hari.


💀 Kematian dalam Kesepian: Fakta yang Terjadi

Di Jepang, Korea Selatan, dan berbagai kota besar di Barat, banyak kasus lansia ditemukan meninggal dalam kondisi membusuk setelah berhari-hari atau berminggu-minggu, baru ketahuan setelah baunya tercium.

Tidak ada yang mencari.
Tidak ada yang peduli.
Tidak ada yang tahu.

Kematian seperti ini bahkan punya istilah di Jepang: kodokushi (孤独死) — mati sendirian dalam kesepian.

🌍 Negara Miskin Fasilitas, Tapi Kaya Relasi

Sebaliknya, di banyak negara berkembang seperti Mali atau Afganistan, kisah seperti itu sangat jarang terjadi.

Keluarga di sana masih menjadi sistem kehidupan:

  • Anak-anak tinggal bersama orang tua
  • Cucu dibesarkan oleh kakek-nenek
  • Lansia dirawat di rumah, bukan di panti

Mereka mungkin tidak punya asuransi kesehatan atau rumah sakit canggih, tapi mereka punya kehadiran orang-orang yang menyayangi.


🕌 Islam Menjaga yang Modernitas Hancurkan: Keluarga

Islam tidak menolak kemajuan atau teknologi, tapi Islam mempertahankan nilai-nilai yang tak tergantikan, terutama makna keluarga.

Dalam pandangan Islam:

  • Menikah adalah ibadah, bukan sekadar urusan status
  • Anak adalah amanah, bukan beban ekonomi
  • Orang tua adalah sumber berkah, bukan penghalang karier
  • Lansia adalah sumber doa, bukan “masalah negara”

Allah SWT berfirman:

> “Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya (orang tuamu) dengan penuh kasih sayang…”
> (TQS. Al-Isra: 24)

Islam mengajarkan: Orang tua dirawat oleh anak-anaknya, bukan diserahkan ke perawat atau panti jompo.


🏠 Sebesar Apa pun Rumahmu, Kalau Sepi… Tetap Sakit Rasanya

Modernitas membuat segalanya lebih nyaman—tapi seringkali mengorbankan kehangatan.

Kini banyak orang punya rumah besar, tabungan pensiun, bahkan robot pintar. Tapi yang tak dimiliki? Pelukan dari anak. Senyuman cucu. Doa orang-orang tercinta.

Uang bisa membeli tempat tinggal.
Tapi tidak bisa membeli tempat pulang.

🌱 Kembali ke Fitrah, Kembali ke Rumah

Hari ini, banyak orang berjuang keras untuk sukses, tapi lupa bertanya: sukses untuk siapa?

Jika akhirnya tua, kaya, tapi sendiri… untuk apa semuanya?

💡 Mungkin sekarang saatnya mengevaluasi:

  • Apakah kita sedang mengejar kemajuan, tapi meninggalkan keluarga?
  • Apakah kita sibuk membangun masa depan, tapi lupa membangun hubungan?

Teknologi boleh terus maju. Tapi makna keluarga dan kehangatan relasi tak bisa digantikan apa pun.


🔁 Penutup: Dunia Maju, Tapi Manusia Mati Sendirian

Banyak orang tua di negara-negara maju hidup dalam rumah megah—tapi hatinya sunyi. Mereka tidak miskin harta, tapi miskin perhatian.

Islam, budaya timur, dan nilai kekeluargaan mengingatkan:

> Kita tidak diciptakan untuk hidup sendiri.
> Kita tidak diciptakan untuk mati dalam kesepian.

Keluarga bukan hanya tradisi lama. Ia adalah fitrah yang membuat manusia tetap manusia.

Jadi, sebelum semuanya terlambat…
Mari pulangkan diri kita ke rumah, bukan sekadar ke alamat.

 

Tebejowo.com didukung oleh pembaca. Kami mungkin memperoleh komisi afiliasi ketika Anda membeli melalui tautan di situs web kami. Untuk kolaborasi, sponsorship, hingga kerjasama, bisa menghubungi: 0857-1587-2597.

Ikuti juga kami di Google News untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru dari gawai Anda.

 

kesehatan mental